Padepokan Sastra Tan Tular

Perspektif Gen Z: Sinta Deserves Better than Rama or Rahwana

Ilust by: Endah Gunawan 

Rama dan Sinta adalah tokoh utama dalam epik Ramayana dari India yang menyebar ke Indonesia pada masa Hindu-Buddha. Dalam cerita tersebut, Prabu Dasarata, Raja Ayodhya, memiliki tiga istri dan empat anak: Kausalya (ibu Rama), Kekayi (ibu Bharata), dan Sumitra (ibu Laksmana dan Shatrughna). Rama, putra sulung dan inkarnasi Dewa Wisnu, menjadi tokoh utama laki-laki, sementara Sinta, istrinya, digambarkan sebagai sosok perempuan ideal, cantik, dan berhati mulia.

Sinta dan Wedawati

Sinta digambarkan menjadi inkarnasi dari Dewi Laksmi (istri dari Dewa Wisnu), dewi kekayaan, kesuburan, kemakmuran, keberuntungan, kecantikan, keadilan, dan kebijaksanaan. Sinta juga reinkarnasi dari Wedawati, seorang petapa wanita yang cantik dan bersih hatinya. Dalam masa pertapaannya, Wedawati mendengar suara yang mengatakan bahwa  kelak pada kelahiran berikutnya, Sri Hari Visnu yang dipuja oleh Brahma dan para dewata lainnya akan menjadi suaminya.

Namun, suatu hari Dasamuka/Rahwana datang ke Gunung Gandhamādan tempat Wedawati bertapa. Rahwana yang sudah dikelilingi api nafsu kemudian melecehkan Wedawati. Sebelum wafat, Wedawati mengutuk Rahwana, “Bahwa kau telah menyentuh tubuhku karena hasrat, maka kau akan hancur bersama seluruh keluargamu demi diriku. Sekarang lihat kekuatanku.” Setelah kutukan itu, Wedawati meninggal.

Pada kehidupan selanjutnya, lahirlah Dewi Sinta. Dalam Pakem Purwacarita, Dewi Sinta merupakan anak dari Dewi Tari dan Dasamuka/Rahwana. Dewi Sinta diramalkan akan tumbuh cantik dan baik hati, serta kelak akan diperistri oleh Dasamuka. Ramalan tersebut membuat Wibisana, adik dari Dasamuka tidak tenang sehingga mengambil keputusan untuk membuang Sinta yang masih bayi ke Sungai Gangga. Namun, Sinta ditemukan dan dirawat sebagai anak oleh Raja Mantili (Prabu Janaka).

Pertemuan Sinta dan Rama

Suatu hari, Raja Mantili mengadakan sayembara: siapa pun yang mampu membentangkan busur pusaka gandewa berhak mempersunting Dewi Sinta. Dalam kisah Wayang Purwa, ayah Rama, Prabu Dasarata, Raja Ayodhya, memberi titah kepada Rama untuk mengikuti sayembara Raja Mantili.

Prabu Dasarata menilai bahwa sudah waktunya Rama untuk segera menikah, kemudian menggantikan posisi ayahnya sebagai seorang raja. Atas titah ayahnya, Prabu Dasarata, Rama ikut serta dalam sayembara itu. Ia menjadi peserta terakhir dan berhasil tidak hanya membentangkan, tetapi juga mematahkan busur tersebut. Kemenangan ini membuatnya berhak menikahi Sinta dan membawanya ke Ayodhya.

Prabu Dasarata kemudian menobatkan Rama dan Sinta sebagai raja dan permaisuri. Namun, penobatan ini ditentang oleh Kekayi, yang mengingatkan janji lama Dasarata bahwa Bharata, putranya, akan menjadi raja. Akhirnya, Bharata dinobatkan menjadi raja, dan karena dianggap mengganggu kestabilan kerajaan, Rama beserta Sinta diasingkan ke hutan Dandaka selama 14 tahun. Dalam pengasingan, Sinta setia menemani Rama dan hidup sederhana sebagai rakyat biasa.

Masa Penculikan dan Kembalinya Sinta

Kisah mereka berlanjut sesuai dengan cerita yang beredar, bahwa kemudian Dasamuka/ Rahwana menculik Sinta, dibantu oleh Maricha (pembantu Rahwana yang menyamar menjadi rusa emas). Rahwana menculik Sinta karena ia merupakan reinkarnasi dari Wedawati, cintanya di masa lalu. Dalam beberapa kisah, disebutkan bahwa Sinta dibawa oleh Rahwana ke Alengka selama 14 tahun. Beberapa versi lainnya juga menyebutkan bahwa masa penculikan Sinta terjadi selama 11 dan 13 tahun. Selama penculikan tersebut, Rahwana memberikan kemewahan untuk Sinta dan ingin memperistri Sinta. Namun, Rahwana tidak pernah sekalipun menyentuh ataupun menodai Sinta. Selama bertahun-tahun, Sinta menunggu diselamatkan oleh suaminya, Rama.

Dalam epos Ramayana karya Walmiki, Rama dibantu oleh Sugriwa dan Wibisana berhasil menaklukkan Kerajaan Alengka. Setelah Rahwana tewas, Rama mengutus Hanoman untuk menyelamatkan Sinta, lalu mereka kembali ke Ayodhya. Peristiwa ini kini diperingati sebagai Diwali. Namun, kepulangan mereka bukan akhir bahagia. Rakyat meragukan kesucian Sinta setelah diculik Rahwana. Untuk membuktikan dirinya, Sinta menjalani Agni Pariksha (uji api) dan lolos tanpa terbakar. Meski terbukti suci, tekanan publik tetap membuat Rama memilih mengasingkan Sinta yang saat itu sedang hamil. Dalam pengasingan, Sinta ditolong oleh Resi Walmiki dan melahirkan anak kembar, Lava dan Kusha, yang dibesarkan dan dididik dalam kebajikan.

Bertahun-tahun kemudian, saat Rama mengadakan upacara Aswamedha, Lava dan Kusha muncul dan menyanyikan kisah hidup Rama, hingga Rama menyadari bahwa mereka adalah anak-anaknya. Ia lalu mengundang Sinta kembali ke Ayodhya. Namun, rakyat masih meragukan asal-usul kedua anak itu. Sinta pun bersumpah atas kesuciannya, dan bumi membelah diri, menelannya ke dalam tanah bersama Dewi Pertiwi. Rama yang diliputi kesedihan kemudian menyerahkan tahtanya dan menghabiskan sisa hidup dengan bertapa di tepi Sungai Gangga.

Melihat Kejadian Sinta dari Kacamata Masa Kini

Dalam tiga kehidupan sebelumnya, Sinta digambarkan sebagai sosok yang suci, berhati baik, cantik, dan membawa berkah. Beberapa sumber menyebut bahwa Rahwana sebenarnya cocok untuk Sinta, namun berada dalam kisah yang keliru. Ia dianggap antagonis karena memaksakan cintanya pada Sinta yang telah bersuami.

Kisah Rama, Sinta, dan Rahwana sering disederhanakan secara hitam-putih, padahal ada ruang tafsir yang lebih luas. Misalnya, mengapa Rama tidak segera mencari Sinta saat ia hilang? Mengapa ia meragukan kesucian Sinta jika cintanya tulus? Mengapa Hanoman yang menjemput Sinta, bukan Rama sendiri? Sinta terus diuji secara fisik, sementara kesetiaan dan kasih sayang Rama tidak pernah dipertanyakan.

Kalau istilah zaman sekarang disebut marriage is scary, melihat kalcer pada masa itu seorang wanita harus membutuhkan laki-laki sebagai satu-satunya pelindung mereka. Seorang perempuan yang hanya memiliki suami sebagai pelindungnya malah membuangnya seperti Rama yang terus-menerus meragukan istrinya sendiri yang kemudian, membuat harga diri dari Sinta tergores. Rama harusnya disalahkan mengapa ia tidak bisa melindungi istrinya. Rama gagal melindungi Sinta dari penculikan selama bertahun-tahun oleh Rahwana dan ia gagal melindungi istrinya dari penghakiman rakyatnya sendiri. Saat menemukan Sinta, Rama malah menugaskan Hanoman untuk menjemput Sinta, “Bukan dirinya sendiri sebagai suami”. Rama si haus validasi itu memilih melindungi nama baiknya dan mendengarkan orang lain daripada melindungi istri yang seharusnya menjadi tanggung jawab terbesar baginya. Seberapa besar sakit hati Sinta ketika mendapat perlakuan sebegitu jahatnya dari Rama, terlebih lagi setelah semua yang dilakukan Rama, ia tetap diceritakan dari generasi ke generasi sebagai tokoh protagonis.

Dalam beberapa kisah, Rahwana dijadikan tokoh yang diberi simpati oleh para pembacanya. Seperti dalam buku Rahvayana: Aku Lala Padamu yang ditulis oleh Sujiwo Tejo, Rahwana diceritakan sebagai tokoh yang paling berupaya keras bagi pujaan hatinya. Selama bertahun-tahun menculik Sinta, Rahwana tidak pernah menodai Sinta Ia dijadikan ratu dalam Kerajaan Alengka, diberi kemewahan dan hidup nyaman.

Namun, tidak ada yang memperhatikan bahwa setulus apapun, mencintai pasangan seseorang jelas tindakan yang salah. Apalagi Rahwana menculik Sinta. Selain itu, mungkin banyak yang belum tahu bahwa sebelum mengembuskan nafas terakhir dengan cara pati obong, Wedawati terlebih dahulu mengutuk Rahwana bahwa ia akan bertemu dengan reinkarnasi dari dirinya. Hanya jika wanita itu menerima Rahwana tanpa paksaan maka ia akan selamat. Tetapi, jika Rahwana memaksakan unconditional love-nya maka ia akan mati. Oleh karena tidak bisa memaksakan kehendaknya maka Rahwana memberikan kenyamanan bagi Sinta.

Sebenarnya jika saja Sinta mudah goyah, tindakan Rahwana bisa berbahaya bagi kesehatan mental Sinta. Setelah bertahun-tahun, bisa saja Sinta merasa kasihan atau mengalami stockholm syndrome terhadap Rahwana. Terlebih dari itu semua, perlu diingat bahwa yang lebih mengerikan adalah bahwa Rahwana sebenarnya adalah ayah dari Sinta.

Jadi, kalau ditafsirkan, lebih baik mana antara Rahwana dan Rama. Siapa yang lebih red flag antara Rama dan Rahwana? Perempuan secantik dan sebaik Sinta lebih baik hidup sendiri dan merdeka mencari kebahagiaan lainnya bersama dengan kedua anak kembarnya daripada harus memilih salah satu dari laki-laki yang playing victim seperti Rama dan Rahwana. She deserves better.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *